14 Jun. 2013

Mengenal Tokoh Pendidikan Indonesia





Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan nasional yang lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Terlahir dari keluarga bangsawan Yogyakarta, ia mempunyai nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat lalu berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara seperti yang kita kenal saat ini pada saat usianya 33 tahun.

Sebagai seorang yang lahir dari keluarga bangsawan, Ki Hajar Dewantara termasuk beruntung karena bisa mengenyam pendidikan pada masa itu. Ia menamatkan sekolah dasar di ELS (Europeesche Lagere School) dan sempat melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) meskipun tidak sampai tamat lantaran sakit.

Suwardi muda bekerja sebagai penulis dan wartawan di berbagai surat kabar seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Sebagai seorang penulis, ia dikenal karena tulisannya yang peka terhadap masalah-masalah sosial, terutama tentang masalah kolonialisme Belanda di tanah air.

Pada tahun 1913, pemerintah kolonial Hindia Belanda berniat mengumpulkan uang sumbangan dari penduduk pribumi dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Belanda dari Perancis. Hal tersebut langsung menimbulkan banyak kritikan pedas dari para kaum nasionalis, termasuk Suwardi. Ia lalu membuat tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was" (Seandainya Aku Seorang Belanda) yang dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker.

Akibat dari tulisannya ini, Suwardi yang saat itu berusia 24 tahun ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Keputusan sepihak pemerintah kolonial ini langsung mendapat protes dari dua sahabat Suwardi yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Akhirnya, Suwardi dan kedua rekannya yang kemudian dikenal sebagai Tiga Serangkai itu diasingkan ke Negeri Belanda.
 
Aktivitas dalam organisasi dan kiprah perjuangan

Boedi Utomo Insulinde,Indische Partij,

Aktif di menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Dan membidani kongres pertama Budi Oetomo di Yogyakarta.

Surat kabar De Expres

Ia menulis Artikel berjudul "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". dan "Seandainya Aku Seorang Belanda" ("Als ik eens Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Exprespimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini adalah kritik tajam terhadap pemerintah kolonial.
            Akibat tulisannya ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD danTjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

Indische Vereeniging

Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluargaTagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Taman Siswa

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919.Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Prinsip-prinsip ajaran Ki Hajar Dewantara yang menjadi pedoman di Taman Siswa antara lain:
1. Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberikan teladan).
2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat).
3. Tut wuri Handayani (dari belakang memberi dukungan).

Menjadi Menteri Pengajaran Pertama

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia


Biodata

Nama               : Ki Hajar Dewantara
Nama Asli       : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Lahir                : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat              : Yogyakarta, 28 April 1959

Pendidikan :
·         Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
·         STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
·         Europeesche Akte, Belanda

Karir :
-     Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara
-        Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa), 3 Juli 1922
-        Menteri Pengajaran Kabinet Presidensial, 19 Agustus 1945 – 14 November 1945
Organisasi :

Boedi Oetomo, 1908
Pendiri Indische Partij (partai politik pertama beraliran nasionalisme Indonesia), 25 Desember 1912

Penghargaan :

Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional
Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957
Pahlawan Pergerakan Nasional (Surat Keputusan Presiden No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking